: ¦--> Based on true story <<--¦
Forumhijau.com - Disebuah desa yang mayoritas penduduknya bekerja di perkebunan milik sebuah perusahaan besar, tinggallah anak dari seorang ibu pendaki gunung. Ia mempunyai cita2 sama seperti ibunya: ingin menjelajahi gunung di desa itu dan gunung2 setelahnya.
Tapi cita2 anak itu bertentangan dengan keinginan sang ibu agar anaknya juga bekerja di perkebunan sama seperti yang lain.
Ibu : Kalau kamu kerja disana hidup kamu sejahtera,, semua perusahaan yang menanggung, gaji, rumah, belom lagi bonusnya.
Anak : Tapi itu tidak cukup untuk mengangkat keluarga kita dari kemiskinan bu… tidak cukup untuk mewujudkan mimpi2 ibu. Itu hanya cukup untuk aku sendiri.
Ibu : kamu ga usah mikirin ibu sama kakak2mu… yang penting keluarga kita jadi terpandang. Punya jabatan itu yang penting.
Anak :……..
Sang anak sadar tidak akan bisa menyakinkan ibunya hanya lewat perkataan. Lalu ia pun menyusun siasat.
Anak : ibu, aku sudah menyerahkan surat lamaran ke perusahaan. Jadi selama menunggu panggilan bagaimana kalau aku bantu ibu di gunung?
Ibu : Bagus nak… Ya daripada kamu menganggur lebih baik kamu bantu ibu mengumpulkan rezeki di gunung.
Lalu kedua orang ini pun memulai petualangan mereka di gunung. Sang anak mempelajari bagaimana cara sang ibu selama ini mengumpulkan rezeki dan melawan kerasnya hidup di gunung. Ia mempelajari setiap detailnya. Akhirnya dengan ilmu yang ia peroleh dari bangku pendidikan ia menyusun sebuah metode agar apa yang mereka lakukan lebih efektif dan efisien tapi mendapatkan hasil yang maksimal.
Dengan berinovasi, kreasi dan kerja keras ia pun memulai petualangan barunya.
Lambat laun sang ibu menyadari bahwa hasil yang anaknya dapatkan jauh lebih banyak dibanding hasilnya selama ini. Sedikit demi sedikit sang ibu pun mengakui bahwa anaknya memang mempunyai kemauan dan bakat untuk bisa menaklukan gunung ini.
Ibu : kamu yakin ingin menaklukan gunung ini? Karena kamu tahu ibu tidak pernah berhasil.
Anak : sangat sangat yakin bu…
Ibu : gimana dengan surat lamaran kamu?
Anak : sebenarnya tidak pernah dikirim dan sebenarnya orang perusahaan pernah menawarkan tapi aku tolak bu…
Ibu :……. Apa kamu tidak menyesal nantinya?
Anak : Tidak akan pernah bu…
Siasat sang anak pun berhasil, sang ibu tidak lagi pernah memaksanya untuk masuk ke perusahaan, sebaliknya sang ibu mulai mendukung anaknya. Akhirnya tiba saat sang ibu melepas anaknya untuk pergi ke gunung itu dan sampai di puncaknya. ia pun ikut pergi ke kaki gunung untuk melepas kepergian anaknya. Di kaki gunung…
Anak : ibu, doakan anakmu agar gunung ini dan gunung2 berikutnya dan berikutnya bisa ananda taklukan.
Ibu : nak ibu ingin pergi bersamamu untuk menjagamu tapi ibu sudah tua mungkin ibu sudah tidak punya tenaga untuk sampai ke puncak. Tapi biarkan ibu menunjukkan jalanmu masuk ke gunung ini nak.
Anak : bagaimana dengan jalan ini bu?
Ibu : jangan nak.. jalan ini berbahaya karena banyak harimau nya.
Sang anak mengalah mereka pun berjalan di kaki gunung untuk menemukan jalan.
Anak : kalau jalan ini bu?
Ibu : jangan nak, jalan ini tebing nya terlalu terjal
Lagi2 sang anak mengalah.
Anak : bagaimana dengan yang ini?
Ibu : diatas sini banyak semak belukar…
Setelah sekian waktu mereka habiskan untuk menemukan jalan, dengan berbagai alasan dari sang ibu, sang anak akhirnya tersadar bahwa ibunya belum benar2 bisa melepas kepergiannya.
Anak : ibu… kita sudah berjalan hampir mengelilingi kaki gunung ini, ibu sudah nampak kelelahan. Ketahuilah bu… anakmu tidak pernah takut apapun rintangan yang menghalangi di depan sana, tidak semak belukar, tidak tebing yang terjal, tidak juga harimau buas.
Ibu : tapi nak…
Anak : Ibu! naiklah ke punggungku!
Akhirnya tanpa lagi mencari jalan untuk pergi ke atas gunung, dengan membawa kenyakinan dan kemauan dan ibu di atas punggungnya,, sang anak langsung menerobos masuk ke atas gunung itu walaupun itu bukanlah sebuah jalan setapak.
Anak : ibu, aku akan menaklukan gunung2 ini dan aku akan membawa serta ibu sampai ke puncaknya.
Begitulah, sang anak dari seorang pendaki gunung pun memulai petualangan barunya sambil tersenyum.
©[Edelweiss Edisi '97 Mahipa Unmuh Ponorogo - FHI]
Source : Forum Hijau Indonesia
Forumhijau.com - Disebuah desa yang mayoritas penduduknya bekerja di perkebunan milik sebuah perusahaan besar, tinggallah anak dari seorang ibu pendaki gunung. Ia mempunyai cita2 sama seperti ibunya: ingin menjelajahi gunung di desa itu dan gunung2 setelahnya.
Tapi cita2 anak itu bertentangan dengan keinginan sang ibu agar anaknya juga bekerja di perkebunan sama seperti yang lain.
Ibu : Kalau kamu kerja disana hidup kamu sejahtera,, semua perusahaan yang menanggung, gaji, rumah, belom lagi bonusnya.
Anak : Tapi itu tidak cukup untuk mengangkat keluarga kita dari kemiskinan bu… tidak cukup untuk mewujudkan mimpi2 ibu. Itu hanya cukup untuk aku sendiri.
Ibu : kamu ga usah mikirin ibu sama kakak2mu… yang penting keluarga kita jadi terpandang. Punya jabatan itu yang penting.
Anak :……..
Sang anak sadar tidak akan bisa menyakinkan ibunya hanya lewat perkataan. Lalu ia pun menyusun siasat.
Anak : ibu, aku sudah menyerahkan surat lamaran ke perusahaan. Jadi selama menunggu panggilan bagaimana kalau aku bantu ibu di gunung?
Ibu : Bagus nak… Ya daripada kamu menganggur lebih baik kamu bantu ibu mengumpulkan rezeki di gunung.
Lalu kedua orang ini pun memulai petualangan mereka di gunung. Sang anak mempelajari bagaimana cara sang ibu selama ini mengumpulkan rezeki dan melawan kerasnya hidup di gunung. Ia mempelajari setiap detailnya. Akhirnya dengan ilmu yang ia peroleh dari bangku pendidikan ia menyusun sebuah metode agar apa yang mereka lakukan lebih efektif dan efisien tapi mendapatkan hasil yang maksimal.
Dengan berinovasi, kreasi dan kerja keras ia pun memulai petualangan barunya.
Lambat laun sang ibu menyadari bahwa hasil yang anaknya dapatkan jauh lebih banyak dibanding hasilnya selama ini. Sedikit demi sedikit sang ibu pun mengakui bahwa anaknya memang mempunyai kemauan dan bakat untuk bisa menaklukan gunung ini.
Ibu : kamu yakin ingin menaklukan gunung ini? Karena kamu tahu ibu tidak pernah berhasil.
Anak : sangat sangat yakin bu…
Ibu : gimana dengan surat lamaran kamu?
Anak : sebenarnya tidak pernah dikirim dan sebenarnya orang perusahaan pernah menawarkan tapi aku tolak bu…
Ibu :……. Apa kamu tidak menyesal nantinya?
Anak : Tidak akan pernah bu…
Siasat sang anak pun berhasil, sang ibu tidak lagi pernah memaksanya untuk masuk ke perusahaan, sebaliknya sang ibu mulai mendukung anaknya. Akhirnya tiba saat sang ibu melepas anaknya untuk pergi ke gunung itu dan sampai di puncaknya. ia pun ikut pergi ke kaki gunung untuk melepas kepergian anaknya. Di kaki gunung…
Anak : ibu, doakan anakmu agar gunung ini dan gunung2 berikutnya dan berikutnya bisa ananda taklukan.
Ibu : nak ibu ingin pergi bersamamu untuk menjagamu tapi ibu sudah tua mungkin ibu sudah tidak punya tenaga untuk sampai ke puncak. Tapi biarkan ibu menunjukkan jalanmu masuk ke gunung ini nak.
Anak : bagaimana dengan jalan ini bu?
Ibu : jangan nak.. jalan ini berbahaya karena banyak harimau nya.
Sang anak mengalah mereka pun berjalan di kaki gunung untuk menemukan jalan.
Anak : kalau jalan ini bu?
Ibu : jangan nak, jalan ini tebing nya terlalu terjal
Lagi2 sang anak mengalah.
Anak : bagaimana dengan yang ini?
Ibu : diatas sini banyak semak belukar…
Setelah sekian waktu mereka habiskan untuk menemukan jalan, dengan berbagai alasan dari sang ibu, sang anak akhirnya tersadar bahwa ibunya belum benar2 bisa melepas kepergiannya.
Anak : ibu… kita sudah berjalan hampir mengelilingi kaki gunung ini, ibu sudah nampak kelelahan. Ketahuilah bu… anakmu tidak pernah takut apapun rintangan yang menghalangi di depan sana, tidak semak belukar, tidak tebing yang terjal, tidak juga harimau buas.
Ibu : tapi nak…
Anak : Ibu! naiklah ke punggungku!
Akhirnya tanpa lagi mencari jalan untuk pergi ke atas gunung, dengan membawa kenyakinan dan kemauan dan ibu di atas punggungnya,, sang anak langsung menerobos masuk ke atas gunung itu walaupun itu bukanlah sebuah jalan setapak.
Anak : ibu, aku akan menaklukan gunung2 ini dan aku akan membawa serta ibu sampai ke puncaknya.
Begitulah, sang anak dari seorang pendaki gunung pun memulai petualangan barunya sambil tersenyum.
©[Edelweiss Edisi '97 Mahipa Unmuh Ponorogo - FHI]
Source : Forum Hijau Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar