09 Desember, 2015

Menilik Pantai Watu Bale dan Kowang.

Kami bergegas dari Pidakan dan memutuskan untuk ke Pantai Soge, menuruti keinginan Krisna untuk ke pantai ini. Dalam perjalanan kami melihat papan baliho bertuliskan Pantai Watu Bale dan Pantai Komang. “Nanti saja Kris, setelah dari Soge”, jawaban saya setelah Krisna menawari saya untuk ke pantai tersebut atau tidak. Saya menyuruh Krisna untuk menuju ke Jembatan Soge 2, jembatan berwarna biru yang menjadi landmark Pantai Soge tersebut. Perkataan para penduduk sekitar tadi masih membuat kami resah. Akhirnya kami sejenak meluangkan waktu untuk beribadah, agar sedikit tenang. Sejenak saja kami ke Pantai Soge, mungkin karena kurang nyaman.

Soge...

Kami akhirnya menyambangi kedua pantai tersebut. Jalan masih berupa corblok dan kemudian berganti dengan tanah. Agak sedikit bingung untuk ke pantai ini, akhirnya kami bertanya ke penduduk. Untuk ke pantai ini, hanya mengeluarkan biaya seikhlasnya. Jalan kemudian menurun tajam. Krisna sudah lihai membawakan motornya. Sampailah kami di Pantai Kowang. Sepi, tak ada pengunjung sama sekali. Kami putuskan untuk ke Pantai Watu Bale terlebih dahulu.

Kapok Bermain Ombak di Pantai Mrenggen

~Pacitan, 5 Agustus 2015
“Kang, nanti ke Wonogiri sama Sukoharjo saja ya?”
“Kalau kesana paling siang juga selesai.”
“Yaudah ke Pacitan saja, lagi ingin pergi sampai malem. Bosen dirumah” 

Perjalanan yang belum tentu kemana tujuannya ini pun dimulai dari rumah saya sekitar pukul 07.00 wib. Saya memilih untuk duduk manis dibelakang motor saja dan membimbingnya untuk sampai ketujuan yang diinginkannya. Kali ini Krisna yang memacu kuda besinya. 

*dalam perjalanan
 “Kemana ya?”
“Terserah, aku ikut kamu. Kemarin sudah cari info dimana saja?”
“Karang bolong, tapi kog katamu beda?”
“Iya, karang bolong itu gak hanya di pacitan. Kalau karang bolong Pacitan itu cuma tebing, beda sama foto yg kamu kirim kemarin”
“Ooo.. Kalau pantai yang dipinggir jalan itu?”
“Soge maksudmu?”
“Iya, jauh gak?”
“Yaaa… Kamu lihat saja nanti.”

Akhirnya kita sepakat untuk ke Pantai Soge. Saya pun membimbing dia untuk melewati Wonogiri-Baturetno kemudian Pacitan. Sekian jam berlalu, saya berfikir ketika perjalanan. Pantai Soge, agak sedikit bosan saat disana. Akhirnya saya berinisiatif untuk mencari pantai lain di yang sejalur dengan Soge. Dan seketika saya teringat. Ada sebuah pantai di dekat Pantai Pidakan dan Kuncir. Tepatnya disebelah barat. Dulu ketika kesana bersama Anjang, belum sempat melihat pantai tersebut. Krisna pun juga menyetujuinya.



05 Oktober, 2015

Perjalanan Panjang Melelahkan di Lawu (Cemoro Sewu – Puncak – Cemoro Kandang)

Yoga, mengajak saya lagi untuk naik ke Lawu. Darinya terucap, dia belum lega karena dulu saat kami ke Lawu pertama kali belum sampai puncak alias “terhenti di POS 3 Gn. Lawu”. Seperti ada yang mengganjal di hatinya. Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Karena kemarin itu memang di luar kuasa kami, stok air habis dan sendang di dekat puncak pun kering. Tapi entah kenapa Yoga malah seperti ini. Saya hargai kebaikan dia. Tapi sayang, Heri Mustofa salah seorang teman saya tidak jadi ikut dikarenakan ada urusan lain. Dan semua persiapan sudah selesai, saya tinggal menunggu kabar dari Yoga kapan akan berangkat.

~15 Agustus 2015
Kami berangkat dari SPBU dekat tempat tinggal ku sekitar pukul 14.00 wib. 8 orang termasuk saya. Kami lewat Matesih , Karanganyar kemudian Tawangmangu dan berakhir di Cemoro Sewu, Magetan. 1 jam mungkin perjalanan berangkat ini. Tibanya di Cemoro Sewu, kami menitipkan motor. Rp 10.000,- per malam. Setelah itu kami istirahat sebentar, di masjid depan Cemoro Sewu. Agak sedikit canggung dengan mereka. Karena belum mengenal karakter dari mereka. Hanya Yoga dan Ika saja yang saya kenal. Tapi kelihatannya mereka seru.


Pukul 17.15 wib, kami berangkat naik. HTM untuk mendaki di Lawu ini Rp. 10.000,- per orang. Kami berdoa, supaya diberi kelancaran ketika kami melakukan pendakian kali ini. Perlahan lahan kami berjalan. Perlahan lahan pula sang surya mulai tenggelam. Hawa dingin mulai terasa. Namun terkalahkan oleh panas tubuh yang keluar karena perjalanan ini. Canda tawa menemani kami dalam perjalanan, memang seru mereka. Yoga; Ika; Fajar; Bowo; Jum; Imam dan Putri, kami saling mengenalkan diri dalam perjalanan.

02 September, 2015

Explore 6 Pantai Kec. Pringkuku, Pacitan (2)


Lanjutttt............

“Lanjut mas?”
“Ayo..”

Dari pantai yang kami temui pertama tadi kami berjalan ke timur. Cuma sebentar saja kami berjalan, kami bertemu pantai lagi. Kami mendekat ke bagian pantai yang berpasir. Unik, pantai ketiga ini memiliki gradasi warna bebatuan karang yang indah. Dari hitam menuju coklat dan lanngsung menyatu dengan pasir pantai. Hanya segelintir orang yang berada di pantai ini, termasuk kami. Pantai ketiga ini paling luas diantara kedua pantai yang kami temui tadi.


Pantai Ketiga yang kami temui... :) Pantai Denombo kah??

“Mungkin ini Pantai Denombo ya mas?”
“Mungkin”
“Ombo = Luas.”
“iya, memang ini paling luas. Lanjut mas?”
“ayo”

31 Agustus, 2015

Explore 6 Pantai Kec. Pringkuku, Pacitan (1)

Kami berangkat dari RSUD Sukoharjo sekitar pukul 06.00 wib. Oh iya, perjalanan kali ini bersama dengan Mas Arie. Teman yang saya kenal melalui media sosial. Dan setelah ngobrol dengan dia, akhirnya kita sepakat untuk kopdar dan tujuannya adalah pantai di Pacitan. Saya cari beberapa informasi pantai yang belum pernah kami kunjungi, dan diputuskan kami akan ke pantai dikawasan Pringkuku, Pacitan.

~Pacitan, 26 Juli 2015

Sudah lama juga saya tidak ke Pacitan, terkhusus ke daerah Pringkuku. Kami melewati Pracimantoro, alias jalan pintas. Memang lebih cepat jika lewat dari sini. Tidak memutar seperti jalur utama menuju Pacitan. Agak sedikit syok juga lewat jalur ini. Jalan lumayan parah, menurutku. Apalagi kali ini saya yang mengemudikan kendaraan, berbeda saat bersama Mas Aris dulu saat ke Banyutibo. Akhirnya kami sampai di daerah Donorojo, Pacitan sekitar 2 jam perjalanan.

Kalau mau ke Pantai Kijingan, bisa lewat lapangan voli itu. Atau kalau tidak ya lewat Banyutibo, tapi agak ekstrim karena jalannya kecil dan pinggirnya langsung laut”, ucap Mas Arie. Sepertinya dia memang sudah sering mblusuk, terlihat saat saya tanya beberapa destinasi dia menjawab dengan detail.

Kami langsung menuju arah Pantai Watukarung. Dari Desa kalak, kami menuju ke arah Pantai Klayar. Selanjutnya bertemu pertigaan, ambil lurus alias ke arah Watukarung. Terakhir kesini, saat pertama kali ke Pacitan bersama teman-teman kampus. Sekitar tahun 2011 mungkin, dan saat itu tujuaanya ke Pantai Srau. Jalan kala itu bisa dibilang ekstrim, naik turun dengan jalan tidak rata. Dan benar saja, jalan saat ini semakin parah. Bebatuan berserakan dimana-mana. Terlihat pula jalan masuk ke Pantai Ngiriboyo. Jalan turun tajam, ditambah lagi dengan banyaknya bebatuan. Harus hati-hati jika lewat jalur ini. Seetelah melewati jalan yang berat ini, bertemulah kami dengan pertigaan. Mas Arie agak sedikit lupa dengan jalan menuju Watukarung.

“Kalo dilogika, seharusnya kesana mas. Tapi kog jalannya kayak gitu (makadam)? Coba tanya mas.”
“Iya, dulu jalannya sudah aspalan.  Coba tanya bapak itu.”
“oke”
“Permisi pak, kalau ke Watukarung lewat mana ya?”
“Lewat sini bisa mas.”
“Terimakasih pak.”
“Beneran lewat sini mas? jalannya kog kaya gini?”
“iya, kata si bapak tadi. Mungkin jalan pintas”

Jalan berupa tanah dan bebatuan, beberapa bagian sudah di cor blok. Mblusuk, sepi dan harus ekstra hati-hati untuk kedua kalinya. Tak berapa lama sampailah kami di jalan beraspal, dan benar ini jalan pintas menuju Watukarung.

03 Agustus, 2015

“Seran”, Memori Masa Kecil Bayu.

Setelah bertanya ke seorang warga,kami memutar balik kendaraan dan menuju pertigaan setapak yang dimaksud oleh bapak tadi. Petualangan pun dimulai dari sini. Jalan masih berupa bebatuan. Sesekali motor yang kami kendarai terkena batu. “Thaak”, suara yang agak menghawatirkan ku dalam perjalanan kali ini. Terlebih lagi ini sudah masuk ke kawasan Gn. Wilis. Tak ada orang sama sekali. Jika terjadi masalah pada motorku, apa yang terjadi? Pikiranku sudah kemana-mana. Sudah tidak tenang. Namun Bayu tetap saja mengendarai motor dengan keyakinannya.

Ini Mol, alas (hutan) yang sebenarnya. Kalau sudah sampai disini apalagi pas pulang, jangan sampai bilang ‘kog jauh ya jalannya?’. Bicara dalam hatipun jangan. Sebenarnya sensasinya lebih terasa pas malam hari. Kamu bakalan tahu suasana yang sebenarnya”, dan untuk ketiga kalinya saya terdiam. Entah, saya takut atau kenapa saya sendiri juga tidak tahu. Saya hanya berusaha menikmati perjalanan ini.

Suasana hutan sangat terasa. Pepohonan lebat terlihat dari sini. Burung-burung terbang rendah kesana kemari. Ya, suasananya sama saat mendaki gunung, namun kali ini berbeda karena menggunakan motor.

Tersasar ke Air Terjun Kertoembo

Pada akhirnya saya memilih Madiun, sebagai tujuan destinasi kali ini. Salah satu alasannya adalah untuk bertemu teman saya, Bayu. Teman yang baru saya kenal saat masa training di tempat kerja.

Semua perlengkapan dan informasi sudah siap, berada dalam genggaman. Dan tak terlupa adalah destinasi wisata yang harus saya kunjungi saat di Madiun. Berangkat dari Solo pukul 06.00 wib, saya putuskan untuk melewati Magetan. Hawa dingin mulai terasa ketika sampai di daerah Tawangmangu, Karanganyar.  Jalan semakin menanjak, dinginnya daerah pegunungan semakin terasa kuat. Hingga jari tangan seperti mati rasa, dan seperti tertusuk jarum. Akhirnya saya berhenti sejenak untuk menghangatkan tubuh dengan hangatnya matahari. Perjalanan saya lanjutkan, dan tak terasa sampailah di Madiun. Dengan waktu tempuh 3 jam, melewati Gorang Gareng. Saya pun kemudian menghubungi Bayu, untuk menjemput di Universitas Merdeka Madiun. 

~Madiun, 01 Agustus 2015.
Setelah beristirahat di rumahnya, saya pun mengajak dia untuk ke sebuah air di lereng Gn. Wilis. Namanya Air Terjun Seweru. Namun, Bayu tidak tahu menahu tentang air terjun ini dan dia putuskan untuk berkunjung ke tempat saudaranya di Kare. Selain untuk mencari informasi tapi juga menyambung tali persaudaraan.



01 Februari, 2015

Pecicilan di Pantai Watulawang

“Kalau pantai watulawang lewat mana ya bu?”, ucapku ke ibu penjual. “Lewat situ mas, jalan setapak itu. Pantainya di balik bukit.”,”oya makasih bu. Ayo mas hendri, kesono”,”ayo pak”. Kami pun melanjutkan perjalanan.

Jalan setapak kami lewati. Sepi tak ada pengunjung yang melalui jalan ini. Karena pantai ini belum terlalu terkenal mungkin. Kami menemui pertigaan. Karena tak ada orang sama sekali akhirnya kami memutuskan untuk belok ke kanan. Kami naik ke atas bukit sedikit, dan celingak-celinguk mencari pantai watulawang tersebut. Kemudian kami bertanya ke salah seorang warga, dan ternyata jalan yang benar adalah mengikuti jalan setapak. Dan beliau menyarankan untuk naik keatas bukit. Dan ternyata pemandangan pantai tenggole sangat indah dari sini :)

Pantai Tenggole dari atas

31 Januari, 2015

Menyusuri Pantai Tenggole

Hendri kemudian mengajakku sholat Dhuhur setibanya kami di Pantai Indrayanti. Kami pun memisahkan diri sejenak dari rombongan. 

“Mas hendri, nyemplong gak?”
“ora pak, ra gowo salin”
“ngko tak jak dolan wae yoh”
“neng ndi?”
“Pantai jejere Indrayanti, penasaran aku”
“Oke pak”

Selesai sholat, kami kembali sejenak ke rombongan untuk menanyakan waktu berkumpul saat pulang. “Jam 15.00 ya?”, ucap pak Marco. Kami pun memutuskan untuk naik ke bukit karang sebelah timur Indrayanti. Hanya di kenakan biaya seikhlasnya saja untuk naik. Indrayanti semakin ramai. Makanya  saya memilih untuk memisahkan diri dari keramaian. Kami kemudian berjalan ke timur lagi. Dan terdapatlah papan petunjuk bertuliskan “50 M. Masuk Pantai Tenggole”.

Perjalanan `Ngehek` ke Indrayanti

Rindu pantai :) . Ya, aku rindu pantai. Rindu berjalan di pasir pantai, rindu mendengarkan gemuruh ombak laut. Dan rindu dengan belaian angin lautnya. 

~Kartasura, 29 Desember 2014
besok, tanggal 4 kita ke pantai”, ucap Pak Marco. Sudah sekian lama aku menahan rindu dengan pantai, akhirnya terobati dengan acara kali ini. Acara liburan tahun baru bersama dengan team kantor kami `Achilles` dan `4848IL`.

~Kartasura, 4 Januari 2015
Aku sampai di mess kantor pukul 06.30, kulihat teman-teman sibuk dengan dirinya sendiri. Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka. Wajar saja, ini adalah acara berlibur bersama pertama kali, sehingga mereka sangat antusias. :) 

“ini nanti kita mau kemana?”
“pantai baron saja”
“jelek itu”
“iya jelek, pasirnya item”
“ke pantai yanti itu aja. Indrayanti ya?”
“iya kesana aja. Katane bagus” 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...