31 Agustus, 2015

Explore 6 Pantai Kec. Pringkuku, Pacitan (1)

Kami berangkat dari RSUD Sukoharjo sekitar pukul 06.00 wib. Oh iya, perjalanan kali ini bersama dengan Mas Arie. Teman yang saya kenal melalui media sosial. Dan setelah ngobrol dengan dia, akhirnya kita sepakat untuk kopdar dan tujuannya adalah pantai di Pacitan. Saya cari beberapa informasi pantai yang belum pernah kami kunjungi, dan diputuskan kami akan ke pantai dikawasan Pringkuku, Pacitan.

~Pacitan, 26 Juli 2015

Sudah lama juga saya tidak ke Pacitan, terkhusus ke daerah Pringkuku. Kami melewati Pracimantoro, alias jalan pintas. Memang lebih cepat jika lewat dari sini. Tidak memutar seperti jalur utama menuju Pacitan. Agak sedikit syok juga lewat jalur ini. Jalan lumayan parah, menurutku. Apalagi kali ini saya yang mengemudikan kendaraan, berbeda saat bersama Mas Aris dulu saat ke Banyutibo. Akhirnya kami sampai di daerah Donorojo, Pacitan sekitar 2 jam perjalanan.

Kalau mau ke Pantai Kijingan, bisa lewat lapangan voli itu. Atau kalau tidak ya lewat Banyutibo, tapi agak ekstrim karena jalannya kecil dan pinggirnya langsung laut”, ucap Mas Arie. Sepertinya dia memang sudah sering mblusuk, terlihat saat saya tanya beberapa destinasi dia menjawab dengan detail.

Kami langsung menuju arah Pantai Watukarung. Dari Desa kalak, kami menuju ke arah Pantai Klayar. Selanjutnya bertemu pertigaan, ambil lurus alias ke arah Watukarung. Terakhir kesini, saat pertama kali ke Pacitan bersama teman-teman kampus. Sekitar tahun 2011 mungkin, dan saat itu tujuaanya ke Pantai Srau. Jalan kala itu bisa dibilang ekstrim, naik turun dengan jalan tidak rata. Dan benar saja, jalan saat ini semakin parah. Bebatuan berserakan dimana-mana. Terlihat pula jalan masuk ke Pantai Ngiriboyo. Jalan turun tajam, ditambah lagi dengan banyaknya bebatuan. Harus hati-hati jika lewat jalur ini. Seetelah melewati jalan yang berat ini, bertemulah kami dengan pertigaan. Mas Arie agak sedikit lupa dengan jalan menuju Watukarung.

“Kalo dilogika, seharusnya kesana mas. Tapi kog jalannya kayak gitu (makadam)? Coba tanya mas.”
“Iya, dulu jalannya sudah aspalan.  Coba tanya bapak itu.”
“oke”
“Permisi pak, kalau ke Watukarung lewat mana ya?”
“Lewat sini bisa mas.”
“Terimakasih pak.”
“Beneran lewat sini mas? jalannya kog kaya gini?”
“iya, kata si bapak tadi. Mungkin jalan pintas”

Jalan berupa tanah dan bebatuan, beberapa bagian sudah di cor blok. Mblusuk, sepi dan harus ekstra hati-hati untuk kedua kalinya. Tak berapa lama sampailah kami di jalan beraspal, dan benar ini jalan pintas menuju Watukarung.

03 Agustus, 2015

“Seran”, Memori Masa Kecil Bayu.

Setelah bertanya ke seorang warga,kami memutar balik kendaraan dan menuju pertigaan setapak yang dimaksud oleh bapak tadi. Petualangan pun dimulai dari sini. Jalan masih berupa bebatuan. Sesekali motor yang kami kendarai terkena batu. “Thaak”, suara yang agak menghawatirkan ku dalam perjalanan kali ini. Terlebih lagi ini sudah masuk ke kawasan Gn. Wilis. Tak ada orang sama sekali. Jika terjadi masalah pada motorku, apa yang terjadi? Pikiranku sudah kemana-mana. Sudah tidak tenang. Namun Bayu tetap saja mengendarai motor dengan keyakinannya.

Ini Mol, alas (hutan) yang sebenarnya. Kalau sudah sampai disini apalagi pas pulang, jangan sampai bilang ‘kog jauh ya jalannya?’. Bicara dalam hatipun jangan. Sebenarnya sensasinya lebih terasa pas malam hari. Kamu bakalan tahu suasana yang sebenarnya”, dan untuk ketiga kalinya saya terdiam. Entah, saya takut atau kenapa saya sendiri juga tidak tahu. Saya hanya berusaha menikmati perjalanan ini.

Suasana hutan sangat terasa. Pepohonan lebat terlihat dari sini. Burung-burung terbang rendah kesana kemari. Ya, suasananya sama saat mendaki gunung, namun kali ini berbeda karena menggunakan motor.

Tersasar ke Air Terjun Kertoembo

Pada akhirnya saya memilih Madiun, sebagai tujuan destinasi kali ini. Salah satu alasannya adalah untuk bertemu teman saya, Bayu. Teman yang baru saya kenal saat masa training di tempat kerja.

Semua perlengkapan dan informasi sudah siap, berada dalam genggaman. Dan tak terlupa adalah destinasi wisata yang harus saya kunjungi saat di Madiun. Berangkat dari Solo pukul 06.00 wib, saya putuskan untuk melewati Magetan. Hawa dingin mulai terasa ketika sampai di daerah Tawangmangu, Karanganyar.  Jalan semakin menanjak, dinginnya daerah pegunungan semakin terasa kuat. Hingga jari tangan seperti mati rasa, dan seperti tertusuk jarum. Akhirnya saya berhenti sejenak untuk menghangatkan tubuh dengan hangatnya matahari. Perjalanan saya lanjutkan, dan tak terasa sampailah di Madiun. Dengan waktu tempuh 3 jam, melewati Gorang Gareng. Saya pun kemudian menghubungi Bayu, untuk menjemput di Universitas Merdeka Madiun. 

~Madiun, 01 Agustus 2015.
Setelah beristirahat di rumahnya, saya pun mengajak dia untuk ke sebuah air di lereng Gn. Wilis. Namanya Air Terjun Seweru. Namun, Bayu tidak tahu menahu tentang air terjun ini dan dia putuskan untuk berkunjung ke tempat saudaranya di Kare. Selain untuk mencari informasi tapi juga menyambung tali persaudaraan.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...