05 Oktober, 2015

Perjalanan Panjang Melelahkan di Lawu (Cemoro Sewu – Puncak – Cemoro Kandang)

Yoga, mengajak saya lagi untuk naik ke Lawu. Darinya terucap, dia belum lega karena dulu saat kami ke Lawu pertama kali belum sampai puncak alias “terhenti di POS 3 Gn. Lawu”. Seperti ada yang mengganjal di hatinya. Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Karena kemarin itu memang di luar kuasa kami, stok air habis dan sendang di dekat puncak pun kering. Tapi entah kenapa Yoga malah seperti ini. Saya hargai kebaikan dia. Tapi sayang, Heri Mustofa salah seorang teman saya tidak jadi ikut dikarenakan ada urusan lain. Dan semua persiapan sudah selesai, saya tinggal menunggu kabar dari Yoga kapan akan berangkat.

~15 Agustus 2015
Kami berangkat dari SPBU dekat tempat tinggal ku sekitar pukul 14.00 wib. 8 orang termasuk saya. Kami lewat Matesih , Karanganyar kemudian Tawangmangu dan berakhir di Cemoro Sewu, Magetan. 1 jam mungkin perjalanan berangkat ini. Tibanya di Cemoro Sewu, kami menitipkan motor. Rp 10.000,- per malam. Setelah itu kami istirahat sebentar, di masjid depan Cemoro Sewu. Agak sedikit canggung dengan mereka. Karena belum mengenal karakter dari mereka. Hanya Yoga dan Ika saja yang saya kenal. Tapi kelihatannya mereka seru.


Pukul 17.15 wib, kami berangkat naik. HTM untuk mendaki di Lawu ini Rp. 10.000,- per orang. Kami berdoa, supaya diberi kelancaran ketika kami melakukan pendakian kali ini. Perlahan lahan kami berjalan. Perlahan lahan pula sang surya mulai tenggelam. Hawa dingin mulai terasa. Namun terkalahkan oleh panas tubuh yang keluar karena perjalanan ini. Canda tawa menemani kami dalam perjalanan, memang seru mereka. Yoga; Ika; Fajar; Bowo; Jum; Imam dan Putri, kami saling mengenalkan diri dalam perjalanan.


Tak terasa kami sampai di POS 1, sekitar pukul 19.00 wib. Terlihat di langit bintang-bintang berkumpul indah menjadi satu. Mungkin itu yang dinamakan Milkyway, gugusan Galaksi Bima Sakti. Tapi sayang, kami tidak bisa mengabadikan keindahan langit malam itu. Akibat keterbatasan kamera kami. Tapi sudah senang rasanya melihat langsung pemandangan ini. Pemandangan yang tak pernah saya temui di perkotaan. Sampai di POS 2, keadaan sudah berbeda saat pertama kali saya kesini. Sekarang terdapat warung disini. Kami beristirahat disini sejenak. Ada yang beli soto, gorengan dan mie instan. Yaa, mungkin ini sudah menadi tempat wisata.

POS 2
 Setelah beristirahat dan mengisi perut, perjalanan di lanjutkan. Masih ingat saya ketika menuju POS 3 ini. “Nha.. disini Heri metik Edelweis, terus kepergok petugas dan dibuang tu edelweisnya.. hhaha..”, ucapku ke Yoga dan Ika. “kog masih inget aja.”, jawab Yoga. Tak terasa kami sampai di POS 3. Kami beristirahat sejenak disini.

Menuju POS 4, perjalanan yang menurut saya paling berat. Bagaimana tidak? jalan naik terus. Naik beberapa langkah, berhenti. Naik lagi, berhenti. Naik lagi dan berhenti lagi. Berulang ulang seperti itu. Mungkin perjalanan ke POS 4 ini paling menguras tenaga. Namun tanpa sadar saya malah melewati POS 4 dan dilanjutkan ke POS 5. Di POS 5 sudah banyak tenda yang didirikan. Dan disini juga terdapat warung yang menjual makanan. Dan juga bisa digunakan sebagai tempat singgah untuk tidur.

Menuju sendang.... vie malam kota magetan *blurrr

Kami akhirnya memutuskan untuk mendirikan tenda di dekat sendang (tapi saya lupa namanya hhehe..). Dari POS 5 ini, kami berjalan melewati jalan setapak. Dan dikanan saya sudah jurang. Angin berhembus kencang disini. Dan dinginnya amat dingin. Namun pemandangan dari sini begitu indah. Lampu kota Magetan dan Madiun (mungkin) terlihat menawan. Seperti kumpulan bintang namun bukan dilangit, tapi di bumi. Tiba di sekitar sendang, tempat yang kami tuju pertama kali adalah warung. Iya warung, warung ketiga yang kami temui dalam perjalanan. Kami makan disini akhirnya. Sepiring nasi pecel, tempe goring dan telurnya menjadi hindangan lezat malam yang dingin ini.

~16 Agustus 2015
Dingin, melanda telapak kaki saya. Seolah-olah beku rasanya dan membuat saya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Saya coba berusaha tidur, namun hanya bisa sebentar saa. Entah bagaimana dengan teman-teman yang diluar. Mereka tidur di area warung dan hanya menggunakan Sleeping Bag, padahal di dalam tenda bersama Yoga saja rasanya sudah dingin seperti ini. Dan tak terasa alarmpun berbunyi, menandakan bahwa sang mentari mulai muncul. Saatnya menikmati keindahan matahari terbit (sunrise).

sunrise......... ^^





Me, Jum, Bowo, Fajar, Yoga, Putri, Ika, Imam.... Personil kali ini :D


Kami istirahat sejenak, sekaligus beres-beres peralatan kami. Hangatnya matahari mulai terasa. Segelas kopi hangat kami nikmati bergiliran. Suasana yang sangat saya rindukan ketika mendaki gunung, suasana kekeluargaan. Dan kemudian kami melanjutkan menuju puncak. Namun Yoga, tidak ikut karena sudah bosan ke puncak. Akhirnya kami bertujuh menuju puncak. Padang savanna mulai terlihat. Sesekali kami berfoto disini. Sekitar 30 menit akhirnya kami sampai di puncak. Tak lupa sangsaka merah putih kami kibarkan di puncak Gn. Lawu, Hargodumilah 3265 mdpl.


Jika kamu lelah, istirahatlah... :D

Sabana :D

Geger Boyo.... Rameeeeeee........ -_-

Merah Putih...



Yeee.... 3265 mdpl :D
Pukul 09.30 kami turun, dan menemui Yoga di warung mbok Yem. Sebuah warung yang legedaris. Mungkin ini adalah warung tertinggi yang berada di Indonesia. Kami menikmati sepiring nasi pecel dan telur goreng. Ditambah dengan hangatnya segelas teh.

Aku dan Edelweis... *tumben narsis -_-




Setelah itu kami berdiskusi, dan memutuskan untuk pulang lewat Cemoro Kandang. Selesai berdoa, kami kemudian turun. Sekalipun belum pernah ada diantara kami yang lewat jalur ini. Hanya mengandalkan keberanian dan bertanya ke para pendaki yang lewat jalur ini. POS 5, jaraknya dekat dengan warung Mbok Yem. POS 4, suasana perjalanan sangat berbeda dengan Cemoro Sewu. Disini suasana sangat alami, malah saya teringat dengan Merbabu. Tak ada tangga bebatuan seperti di Sewu. Pemandangan sangat indah, padang savanna memanjakan mata.


POS4 Cemoro Kandang....

POS 3 dan POS 2, jalan berkelak-kelok seperti ular. Landai memang dan pemandangan masih seperti Merbabu, alami. Sesekali kami bertemu pendaki dan saling menyemangati. Perjalanan paling jauh yang pernah saya lalui. Hati hati dengan jalan disini, soalnya banyak jalan pintas yang menuju ke atas/bawah dan kebanyakan jalurnya track tajam. Jangan pernah mengombinasikan jalur landai dan jalur pintas. Yang ditakutkan si pendaki malah bingung. Lebih baik memilih jalur landai yang memang aman, sekalipun jarak tempuh sangat lama. Disini memang tak terlalu banyak menguras tenaga, tapi jujur kaki saya rasanya sangat sakit karena perjalanan yang sangat jauh ini. Dari POS 3 ke POS 2 saja perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam sendiri, bayangkan kalau naik?

POS 1. Kata teman-teman yang sudah sering mendaki, perjalanan menuju ke POS 1 ini seperti jalur Gn. Sumbing. Kecil dan berpasir, berkelak-kelok. Disini vegetasi sudah berubah pepohonan sudah rapat. Dan menuju basecamp jalur sudah landai. Dan kami sampai saat Maghrib. Total perjalanan turun dari puncak hingga basecamp sekitar 7 jam. Perjalanan yang jauh dan melelahkan. Dan saya sudah kapok ke Lawu hheheee…

*sayang untuk dilewatkan, sedikit cerita…
  1.  Jalak Lawu. Seperti saat ke Lawu pertama kali, kami ditemani oleh jalak lawu ini saat lewat Cemoro Kandang. Seolah seperti memberi tahu jalan yang harus kami lewati. Si jalak ini melompat-lompat di depan kami. Kemudian terbang dan ditempat lain kami bertemu lagi.
  2. Saat saya dan Yoga mendahului teman-teman yang lain. Menuju pos 3 atau 2, saya agak lupa. Dari atas terlihat bangunan seperti pos namun atapnya berwarna biru dan disampingnya terdapat savanna kecil. Setelah kami berjalan dan sampai di Pos 3 dan 2 ternyata keadaannya berbeda dari yang kami lihat tadi. Lalu itu tadi apa? Apakah cuma halusinasi kami berdua, atau memang ada pos tertentu namun tidak berada di jalur resmi? Entahlah… itu masih menjadi pertanyaan buat saya dan Yoga..Fajar, saat kami sudah turun dia bercerita. 
  3. Ketika kami baru berangkat dari Cemoro Sewu entah sampai dimana saat perjalanan. Fajar menghitung jumlah kami. Katanya berjumlah 9 orang termasuk dia. Dan dia menghitung sampai 3 kali. Padahal kami berjumlah 8 orang. Lalu yang satu itu siapa? Hhhiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…….
  4. Saat perjalanan menuju pos 4 cemoro sewu, kalau gak salah. Saya sedikit menoleh kebelakang, saya merasa dan melihat Fajar sudah mendekati saya keatas. Kemudian saya menoleh kebelakang lagi, ternyata Fajar berada di bawah saya dan baru akan naik. Lalu tadi itu siapa? Terus pas menuju ke pos 1 cemoro kandang, saya melihat seklebatan putih menuju ke atas. Aaahhh… mungkin itu halusinasi saya saja saat disana… Mungkin saya lelaahhh saat itu… ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...