09 September, 2014

Kado Spesial : Puncak Trianggulasi - Merbabu 3142 mdpl

~Solo, 5 September 2014
"Bu, aku ikut mendaki ya? kan hari ini ulang tahunku.", beliaupun hanya tersenyum seolah mengiyakan permintaanku yang satu ini. Namun tak dipungkiri sedikit rasa khawatir terlihat di raut beliau. Beliau selalu menyuruhku untuk membawa ini dan itu. Terimaksih ibu, telah mengijinkanku :) ini adalah kado terindah dan spesial di hari lahirku ini. Kemudian akupun mempersiapkan peralatan pendakian yang disarankan oleh Yoga, maklum ini adalah edisi perdanaku dalam mendaki. Dan aku tak sabar menanti hari esok.

~Solo, 6 September 2014
Aku, Yoga, Zulaekah, Mas Zain dan Mas Sakti berkumpul di depan Lapangan Sriwedari sekitar pukul 09.00 wib. Kemudian kami melanjutkan untuk menghampiri Mas Eka. Sesampainya kami di rumahnya ternyata datang lagi empat orang teman mas Eka dengan tas carier mereka yang lumayan besar. Entah apa isinya. Sehingga perjalanan kali ini beranggotakan 10 orang.

Akhirnya kami berangkat menuju Selo, Boyolali. Sesampainya disana, semangkuk soto hangat menemani kami di dinginnya Selo. Tak lama setelah sholat dhuhur kami pun mulai naik menuju Basecamp Merbabu guna mempersiapkan lagi segala sesuatu sebelum mendaki. Setiap orang dikenakan biaya Rp. 8000, dan setelah berdo'a selesai kami berangkat. "Gunung Merbabu! Yaa!!" teriak kami bersama. Kami mulai masuk ke kawasan hutan. Pepohonan lebat menemani kami dalam perjalanan. Suara merdu nyanyian burung mengiringi kami. "Enak kan naik gunung seperti ini, sepi. jauh dari hiruk pikuk kota.", ucap Mas Zain dalam perjalanan naik. Jalan masih mudah alias landai, namun sesekali akan bertemu tanjakan yang tidak terlalu curam. Keringat mulai menetes. Kami sesekali istirahat dan bercanda sehingga rasa lelah itu hilang. Dan tak terasa kami sampai di pos 1.

Merbabu
POS 1
 

Menuju pos 2 kami mulai terpecah dalam beberapa kelompok. Terkadang aku bersama Mas Zain dan Sakti menjadi kelompok terdepan, namun sesekali aku berhenti dan melanjutkan perjalanan bersama ke 4 orang teman mas Eka. Hingga berjalan bersama dengan Mas Eka, Yoga dan Zul. Menuju ke pos 2 ini jalan mulai terjal


Menuju POS 2

Kini matahari mulai tergelincir tenggelam. Akhirnya aku sampai di Pos 2 bersama mas Eka, Yoga dan Zul. Dari pos 2 ini suasana sudah mulai berubah. Pohon pohon lebat mulai berkurang, sesekali edelweis mulai terlihat. Dingin yang menyerang tak mematahkan semangat kami. Malam yang mulai datang tak menyurutkan langkah kami. Akhirnya kami berhenti sejenak sambil melihat malam yang dipenuhi bintang-bintang. "Ka... Eka... Kowe neng ndi?", terdengar suara dari atas yang ternyata temannya mas Eka. Dan kami menuju ke arah suara tersebut. Ternyata Pos 3 tepat berada di atas kami. Teman-teman yang lain sudah menanti kami di sini. Terlihat pendaki lain sudah mendirikan tenda mereka. Kami berkumpul dan menyalakan kompor. Membuat minuman hangat di tengah hawa dingin di Pos 3 ini.

Merbabu
POS 3 (fotone peteng -___-)

Setelah berdiskusi, aku, Yoga, Zul dan Mas Sakti memutuskan untuk naik ke Sabana 1. Sedang yang lain mendirikan tenda di pos 3, dikarenakan 2 orang dari teman mas Eka harus pulang ke Ngawi keesokan harinya. Dari sini perjalanan ke Sabana 1 sangat menguras tenaga. Tanah mulai menanjak. Ditambah hawa malam yang dingin dengan pasir yang akan menjadikan debu saat kami menginjjakkan kaki disana. Kami harus memegang edelweis agar kami bisa naik. Di seberang, cahaya kecil terlihat berjalan naik. Senter para pendaki Gn. Merapi terlihat dari sini. Lima langkah kami naik, kami kemudian berhenti mengghela nafas. Sesekali kami mengambil logistik di tas kami. Begitupun seterusnya, hingga tak terasa kami sampai di sabana 1. Angin berhembus dengan kencangnya. Dingin membius kami di keheningan malam. Di sabana 1 ini banyak pendaki yang sudah mendirikan tenda, sedang kami masih bingung untuk mencari tempat. Akhirnya kami putuskan untuk mendirikan tenda di dekat tenda pendaki lain. Supaya tidak terkena hembusan angin yang lewat diantara Gn. Merapi dan Merbabu ini.

~Merbabu, 7 September 2014
Dingin membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak. Suara gemuruh angin yang lewat di antara Gunung Merapi dan Merbabu terdengar seperti badai. Tiba-tiba Yoga menggigil kedinginan. Entah apa yang terjadi dengannya. Aku dan Zul yang berada disampingnya langsung menyelimuti dia agar tidak kedinginan. Angin semakin sering menerpa tenda kami. Dingin tak terelakkan lagi. Alarm jam ku pun berbunyi. Aku membangun kan yang lainnya. Ternyata mereka juga tidak bisa tidur dengan nyenyak. Yoga kemudian mencoba keluar melihat keadaan "Tip... Tip... Kesini, mataharinya sudah muncul.". Aku segera mengambil  kamera di tas ku. Saatnya kami menikmati sunrise dan lautan awan di Sabana 1. Garis cakrawala kini berwarna kuning kemerah-merahan. Lautan awan seperti hamparan kapas yang empuk. Gn. Lawu terlihat begitu mempesona dangan latar belakang sunrise pagi ini. Dan Merapi masih berdiri dengan gagah. 

Sunrise Merbabu
Sunrise di Sabana 1

Sunrise



Merbabu
Lautan awan bro... keren (y)


Zul...

Yoga..



Edelweis

Merbabu
Merapi berdiri dengan gagahnya



Setelah matahari agak meninggi, kami mulai memasak di dinginnya hawa pagi ini. Sepiring mie rebus dan segelas kopi kita santap bersama-sama, menambah suasana hangat pagi ini. "Aku, sudah kalian ajak sampai disini (Sabana 1) udah seneng kog. Kalaupun sekarang kita turun gapapa.", ucapku. "Nanggung mas.", "Iya.. Dilanjutin sampe puncak aja.", "Pelan-pelan pasti nyampai kog", jawab mereka bersahutan. Akhirnya ku bulatkan tekad untuk mencapai puncak. Sepertinya lebih istimewa jika puncak menjadi kado ulang tahunku beberapa hari kemarin. Kami lalu mengemasi barang-barang untuk menuju puncak. Akhirnya tas carier kami titipkan ke teman-teman pendaki asal Yogyakarta (thanks bro :D). Hanya membawa logistik secukupnya jika kami merasa lapar dan dahaga. Pemandangan nan indah mulai tersaji. Padang sabana memanjakan mata kami. Aku hanya bisa melihat kagum pemandangan di depan mataku ini. Jalan tajam kini menunggu kami. Langkah demi langkah, kami naik menuju atas bukit. Kami menghela nafas sambil melihat keindahan gunung merbabu ini, "Kuatkan kami ya Allah SWT". Kini kami jarang berkomunikasi, setiap orang fokus terhadap dirinya masing-masing. Untuk mengumpulkan tenaga. Namun kebersamaan tetap terjalin ketika kami naik. Subhannallah. Pengalaman pertama ku mendaki yang tak akan terlupakan. Dari sini terlihat Pos Sabana 1 dan Gunung Merapi dengan indahnya.



Mas Sakti...

Dan Aku... tak lupa bernarsis :D





Sabana 1 dari atas

Setelah berjuang lumayan lama, akhirnya kami sampai di Pos Sabana 2. Pemandangan tak kalah menarik terpamapang disini. Hamparan sabana memanjakan kami. Edilweis berdiri dengan cantiknya. Namun perjalanan masih harus dilanjutkan. Jalan tajam menuju puncak masih menunggu kami.

Menuju sabana 2






Sabana 2

Dari Pos Sabana 3 jalan mulai naik tajam menuju puncak. Debu kini menjadi musuh kami. Jalan tajam kini menjadi teman kami. Angin yang berhembus membuat rasa lelah kami sedikit hilang. Seperti yang lalu. Kami berjalan naik sebentar kemudian istirahat, berjalan lagi dan istirahat lagi, begitu seterusnya. "seperti inikah rasanya mendaki?", gumamku dalam hati sambil mengela nafas panjang. Setelah sekian lama berjuang, akhirnya kami sampai di Puncak Trianggulasi. "Selamat bro... Sampai puncak", ucap Yoga. Dengan menghela nafas aku hanya bisa tersenyum. Tak percaya aku bisa sampai disini. Ketakutanku akan ketinggian akhirnya kulawan dengan mencapai puncak ini. Kini terlihat Merapi berdiri dengan gagahnya. Gunung Sumbing, Sindoro dan Prau terlihat duduk bersama, berdampingan. Ditemani dengan lautan awan disekelilingnya.

menuju puncak



Merbabu
Sabana 1, 2, 3 dari atas (mendekati puncak)

Merbabu
Prau - Sumbing - Sindoro

Merapi

 Semoga bisa kesana...



Trianggulasi Merbabu
Puncak Trianggulasi..

Jam kini menunjukkan pukul 11.00 wib. Akhirnya kami memutuskan untuk turun. Jalan terjal kini menunggu kami dibawah. "Semoga kita bisa sampai di bawah dengan selamat, berdo'a dimulai", ucap Yoga memimpin do'a saat kami sampai di Sabana 1. Perjalanan yang penuh dengan tantangan. Canda, tawa, berjuang bersama mencapai puncak. Terimakasih kawan kawan. Telah membantuku mendapatkan kado spesial ini :)

4 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...